Kamis, 09 April 2009

Gampang kok Tanam Buah Markisa


Menanam Markisa dari Bibit

Memperbanyak markisa bisa dilakukan dengan berbagai cara. Yang sudah pernah saya coba adalah dengan menyemaikan bijinya. Biji kering saya dapat dari seorang kolega yang sudah pernah menanam pohon markisa. Bijinya kecil kecil, sebesar butiran padi, namun tipis dan berwarna coklat.

Biji Markisa Kering siap tanam

Biji markisa yang saya dapat itu lalu saya tanam di tanah dalam pot bekas minuman air mineral. Masing masing pot saya isi dengan 3 – 4 biji buah markisa. Awalnya saya ragu, apakah biji tersebut bisa berkecambah. Karena saya tidak tahu media apa yang cocok untuk penyemaian itu. Saya menggunakan campuran pasir, pupuk kandang dan sekam sebagai medianya. Tapi setelah menunggu selama 5 – 8 hari, akhirnya muncul juga kecambahnya. Wah... lega rasanya.


Setelah kecambah tumbuh, dan daunnya menjadi 3 helai, saya pindahkan ke tanah. Sebelumnya saya siapkan lubang tanah 30 x 30 cm, saya campurkan dengan pupuk kandang yang saya beli dari Nursery. Saya aduk tanahnya sehingga gembur.. Siap untuk menerima tanaman baru.

Asal asalan saya pindahkan 4 pohon markisa ke tanah. Semua tanaman tersebut terus tumbuh, kecuali 1 tanaman yang mati. Mungkin karena saya salah cara memindahkannya. Seharusnya tanaman tidak dicabut dari pot, melainkan dipindahkan dengan tanah yang ada di dalam pot semaian. Tapi tidak jadi masalah, karena 3 tanaman pun tumbuh subur.

Berlomba dengan pertumbuhan Markisa
Ketika pohon markisa tumbuh dari kecambahnya, saya santai saja. Saya pikir cukup saja saya siapkan sebatang kayu sebagai tempat menjalar. Tanaman pun menurut saja, menjalar di kayu yang sudah saya siapkan. Dua minggu setelah kayu yang saya siapkan sudah hampir terlilit dengan pohon markisa, mulailah saya berlomba dengan pohon markisa. Daya jalarnya luar biasa bikin saya menyingsingkan lengan, membuat jalinan untuk pertumbuhan markisa. Tanamannya menjulur kesana kemari, bahkan ada kabel listrik pun maunya dirambati, dipakai tempat untuk tautan pohon. Wah bisa rusak dong pemandangan. Akhirnya saya gunting bagian yang tidak terkendali tersebut. Akhirnya seluruh jalinan kawat yang telah disiapkan penuh dengan pohon markisa. Kecepatan rambatnya lumayan, bidang seluas 4 x 4 meter dipenuhi daun markisa hanya 2 minggu.

Menunggu Bunga menjadi Buah
Setelah 4 bulan markisa tumbuh, ternyata mulai muncul bunganya... ho ho ho.... cepet ya. Dan pada waktu itu, sedang musim hujan. Wah... akhirnya bunga markisa berguguran. Dari sekian banyak bunga yang muncul, hanya 3 buah markisa yang muncul. Mungkin karena hujan, sehingga bunganya membusuk. Sempat kecewa, karena saya harus buang bunga bunga yang berjatuhan.
Setiap hari saya intip bunga bunga markisa, tapi sore hari hujan turun, dan esoknya saya sudah temukan bunga bunga yang berjatuhan. Wah... kapan dong jadi buah semua?


Nah... bulan Maret 2009, Sidoarjo sudah mulai berubah cuacanya. Hujan mulai mereda, dan ternyata Markisa tetap berbunga. Bahkan dari juluran juluran baru tunasnya, banyak muncul bakal bunga. Ada harapan baru, ketika satu per satu bunganya menjadi buah mungil. Woww .... asyikk. Bunganya bener bener menjadi buah. Dari pohon yang aku tanam, ternyata bisa berbuah lebat. Ting Gemandul (red (bhs jawa) : bergelantungan). Kalau di hitung (biar Ivo dan Dera menyebut saya Pak Raden, cuek aja... ) jumlahnya bisa lebih dari 100 biji. Kan kalo di bagi bagi ke tetangga seneng juga. Tapi Ivo dan Dera nggak usah yaaa, mereka biar tanam sendiri di rumahnya....

Sabtu, 28 Maret 2009

MARKISA (Passifloraceae) BIKIN TEDUH HALAMAN DEPAN RUMAHKU




Baru beberapa bulan ini, setiap bangun pagi, sebelum mandi, saya punya kebiasaan baru. Berdiri di beranda rumah dan melihat ke tanaman markisa. Tanaman itu sekarang telah berbuah. Saya itung jumlahnya sekitar 50 buah. Lucu, bergelantungan. Besarnya sebesar gegaman tangan (sebesar bola tenes). Karena masih muda (belum masak) warnanya hijau mengkilap. Puas rasanya melihat buahnya.

Sebetulnya semua jenis markisa lebih cocok tumbuh di dataran tinggi 1000-2000 m dpl dengan tipe iklim basah. Kondisi tanah yang dikehendaki banyak mengandung bahan organik (subur) dan pH 5,5-6,5. Lokasi tempat bertanam sebaiknya terbuka, walaupun tanaman tahan naungan. Tanaman tidak tahan terhadap kondisi lahan yang tergenang air.

Tapi di rumah saya, di Sidoarjo saya dapat menumbuhkan markisa dengan baik. Bahkan sampai berbuah. Jadi... saya juga nggak ngerti, markisa yang saya tanam jenis apa. Saya mendapatkan bibitnya dari seorang Kolega yang juga pernah menanamnya di daerah Jember kota. Jadi mungkin gak ada masalah kalo ditanam di area yang syarat tumbuhnya tidak seideal tempat asal tumbuhan ini.

Bila hari sudah siang, bagian depan rumahku jadi teduh. Aku suka duduk duduk di bawah naungan jalinan dedaunan buah markisa bersama anak anak tercinta. Rumah terlihat jadi lebih asri dan bersahabat dengan alam.

Lucunya, setiap ada tamu datang kerumah, mereka selalu terheran heran dan mendongak ke atas melihat buah yang bergelantungan. Lalu mengernyitkan dahinya, dan akhirnya bertanya “Ini buah apa ya....”. Dan selalu saya menjelaskannya. Atau istri ku yang menjelaskan. Bahwa buah yang bergeantungan dan lucu itu adalah buah markisa. Temen temen istriku juga banyak yang kepengen memetik, tapi sementara harus dilarang dulu. Karena memang masih belum saatnya dipanen. Akhirnya tamu yang datang mengakhiri keherenannya dengan order, nanti aku minta yaa. Atau ada juga yang berminat untuk mengikuti saya meneduhkan beranda rumahnya dengan tanaman buah markisa.


Buah markisa menurut saya sangat bagus sebagai tanaman peneduh. Sebanding dengan fungsi tanaman anggur yang akhir akhir ini dibudidayakan. Namun Tanaman Markisa memiliki keunggulan, daunnya lebih lebar sehingga daya tutup terhadap area yang diteduhi lebih luas. Daun markisa juga tidak gampang rontok, kecuali tanaman tersebut memang sudah tua. Sehingga sampahnya tidak berhamburan kemana mana. Satu tanaman Markisa apabila diatur dalam jalinan jaring yang bagus dapat menjalari area sekitar 5 x 5 meter persegi.

Pertumbuhan Tanaman Markisa juga sangat cepat. Dalam waktu 3 – 4 minggu tanaman Markisa sudah dapat menutupi area seluas 4 x 4 meter persegi. Dan dalam waktu itu juga, tanaman tersebut telah berbunga. Asalkan tidak di dera hujan, semua bunga pasti menjadi buah yang lucu. Saya juga tidak tau bagaimana cara penyerbukannya, nanti kita tanyakan kepada orang yang ahli. Yang detail begini, walaupun nama saya Trubus, saya tidak terlalu mengerti.

Hasil buahnya ... hmmmm enak. Istriku kemarin coba membelah buah markisa yang telah masak dari pohon. Lalu diambil airnya dengan menyaringnya, dan ditambahkan air dan gula pasir. Segar ........ Saya yakin kesegarannya lebih alami dibandingkan dengan sirup yang dijual di supermarket.

Tertarik kan? Mau tanam juga di beranda rumah? Saya kirimkan bibitnya ke alamat. Telp saya di 081330090108 atau lewat email aja. Rumboko0205@yahoo.com

Jumat, 27 Maret 2009

NAMAKU TRUBUS RUMBOKO

Nama saya, Trubus Rumboko. Nama yang aneh? he he he he. Tapi ternyata sangat bermakna banget dalam hidupku. Dulu saya merasa risih diberi nama itu. Karena setiap berkenalan dengan orang, selalu tidak selesai. Selalu orang berlanjut menanya, siapa mas? siapa pak? lalu saya mengulangi lagi. Trubus Rumboko. Lalu lawan bicara saya mengeja pelan, t r u b u s ... berikutnya R u m p o k o... wah salah lagi. Lalu.. eh itu nama majalah yaaa... dan lain lain komentar.

Orang yang telah lama mengenal saya sudah tidak aneh... kebanyakan mereka (temen temen SMP, SMA) memanggil nama saya dengan BUSH.. seperti nama George Bush presiden USA. Wah gagah juga. Eh.. orang yang mendengar temen saya memanggil saya bush malah tertawa tawa... Bush... berapa tarip nya? Jurusan mana Bus nya... Hmmmm selalu jadi obyek (dalam benakku). Mungkin semua orang tidak suka menjadi objek, apalagi obyek tertawaan.

Oleh karenanya, saya punya akal. Nama cenderung saya singkat. Setelah selesai pendidikan, dan akhirnya bekerja, nama tidak lagi harus otentik kan? .... makanya tidak lagi terlalu penting untuk menyebutkan nama lengkap. Kecuali untuk aplikasi kredit, atau akta kelahiran anak saya. Jadi saya cukup menulis T. Rumboko. Mulai saat itu saya memperkenalkan diri sebagai Rumboko. Banyak orang mengenal saya dengan nama itu. Masalah nama sudah tidak terlalu merepotkan. Begitu saya sebut nama, banyak orang sudah cukup mendengar dan menirukan nama saya.

Trubus Rumboko sebenarnya adalah bahasa jawa. (betul gak yah?) Karena saya yakin Bapak Ibu saya adalah orang jawa. Artinya kira kira adalah Trubus = tumbuh, berkaitan dengan tanaman. Jadi kalo ada tanaman baru yang muncul dari tanah, dari biji lalu muncul keluar tanah... itulah yang namanya trubus. Hampir sama dengat TUKUL (red: Bahasa Jawa). Tapi jangan dikaitkan sama Tukul Arowana pelawak ndeso yang kaya itu. Nanti ceritanya lucu lagi. Begitu juga dari tanaman yang kering... lalu kalo musim hujan keluar pucuk daunnya, itu namanya Trubus. Mirip dengan pengertian Semi, Bersemi. Ngerti kan.

Sedangkan Rumboko = berkembang. Berasal dari kata bahasa jawa juga yang sebenarnya adalah NGREMBOKO, atau rimbun, rumbuk (red; Bhs Jawa). Ini masih dalam konteks pertanian, perkebunan dan yang berkaitan dengan tanaman. Jadi artinya Trubus Rumboko adalah... tumbuh, berkembang terus.... Nah.. sebenarnya indah kan. Setelah sekarang, saya sadar. Sebenarnya nama saya gak jelek jelek amat lah he he he he?

Ada temen temen juga yang namanya sama dengan saya. Saya coba cari di Facebook, ada banyak temen yang nama depannya TRUBUS. Ada Trubus Santoso, Ada Trubus Sasongko. Kalo liat namanya, bener praduga saya, bahwa kata itu dari bahasa jawa. Sebab mereka itu keliatannya orang Jawa. Profesinya juga macem macem, ada dokter, ada seniman, ada mahasiswa. Tapi saya yakin nama Trubus untuk orang Indonesia tidak terlalu banyak. Boleh dong nanti kalo ada yang baca blog ini, kirim email tentang temen yang namanya Trubus.

Dulu pernah saya tanya kepada orang tua, kenapa saya diberi nama Trubus Rumboko? jawaban mereka sederhana, karena kamu muncul setelah dipikir beliau kakak saya adalah anak terakhir. Ternyata masih muncul lagi saya.... he he he he. (Jangan protes, dulu belum ada KB). Dan memang jumlah keluarga saya ada 11 bersaudara. Saya menjadi anak yang ke 10.

Namaku benar benar membawa inspirasi terhadap jalan hidupku. Ternyata didalam bekerja, saya selalu menyadari pada akhirnya, bahwa namaku bener bener menjadi jati diriku. Ide Baru, Tumbuh dan berkembang. Bapak..... Ibu... terima kasih. Puji Syukur Alhamdulilah, nama yang Bapak Ibu berikan bukan nama orang sembarangan (he he he he he) menurutku looo...